Radio Tetap Mengudara: Bertahan dan Berkembang di Tengah Gempuran Media Sosial
Posted by Super Admin
Di era digital yang serba cepat, media sosial menjadi pilihan utama banyak orang untuk mencari informasi, hiburan, hingga interaksi sosial. Namun, di tengah arus deras perubahan ini, radio sebagai media konvensional ternyata masih mampu bertahan, bahkan terus beradaptasi dan berkembang.
Radio kini tidak lagi sekadar menjadi media informasi satu arah. Dengan mengadopsi teknologi digital, banyak stasiun radio di Indonesia termasuk di Kota Bandung telah melakukan transformasi besar. Siaran tak hanya mengudara melalui gelombang AM atau FM, tetapi juga dapat diakses melalui live streaming, podcast, dan platform digital lainnya.
Manager Program Radio XYZ Bandung, Indah Permata, mengungkapkan bahwa radio kini tidak bisa berjalan dengan pola lama. “Kami bertransformasi dengan membuat konten interaktif di Instagram dan TikTok, menghadirkan podcast siaran ulang, dan membuka ruang partisipasi audiens secara real time melalui aplikasi pesan instan,” ujarnya.
Langkah ini terbukti efektif dalam menjaga keterlibatan pendengar, khususnya dari generasi muda yang akrab dengan teknologi. Radio pun menjadi media yang tidak hanya informatif, tetapi juga responsif terhadap isu-isu terkini.
Salah satu kekuatan utama radio adalah kedekatannya dengan komunitas lokal. Siaran berbahasa daerah, program yang mengangkat budaya lokal, dan dialog interaktif dengan pendengar menjadikan radio sebagai media yang tetap relevan di tengah dominasi konten global di media sosial. “Radio selalu hadir dalam keseharian saya. Saat masak, nyetir, bahkan saat kerja, saya lebih nyaman mendengarkan radio karena terasa lebih dekat dan personal,” kata Lilis (42), seorang pendengar setia di Kecamatan Ujungberung.
Meski terus beradaptasi, tantangan bagi industri radio tetap besar. Persaingan dengan platform audio digital seperti Spotify atau YouTube, serta penurunan anggaran iklan dari sektor swasta, menjadi hal yang perlu dihadapi dengan strategi yang tepat.
Namun, pelaku industri tetap optimistis. “Kami percaya, selama radio mampu menjaga kualitas konten dan kedekatan dengan pendengar, media ini akan tetap hidup. Tidak semua orang ingin menatap layar terus-menerus, dan di sinilah radio mengisi celah itu,” tutur Indah.
Di tengah banjir informasi dari media sosial, radio tetap berdiri sebagai media yang mengedepankan suara, kedekatan, dan keberpihakan pada komunitas. Transformasi digital yang dijalani radio bukan hanya soal bertahan, tetapi tentang membuka babak baru dalam dunia penyiaran yang lebih inklusif dan relevan.